Friday, February 08, 2013

the dearest one

THE DEAREST ONEmungkin kata ini pun tidak akan mampu menggambarkan sosok dia yang tentunya teramat sangat spesial buat hidup aku. seseorang yang sudah menemani hari-hari aku empat tahun belakangan ini. orang yang selalu ada di saat sedih maupun senang. orang yang paling aku sayang setelah kedua orangtuaku. orang yang mengajarkan aku banyak hal tentang apa itu perjuangan, cinta sejati, dan artti sebuah hidup.
sejujurnya tidak pernah terbayang dalam pikiran aku, akan adanya dia di hidup aku sampai saat ini. berawal dari sebuah tatap tak sengaja di sekolah yang dulunya tidak berarti apa-apa. tanpa ada tegur ataupun sapa antara kami, yaa dulu kami memang dua pribadi yang tidak saling mengenal, hanya memang kami dulu satu sekolah dengan jurusan berbeda tapi masih satu angkatan. Aku akuntansi, dia multimedia.
Waktu itu siang hari dari samping jendela kelas, aku menatap kearah lapangan yang ramai oleh anak-anak yang sedang bermain basket. Terlihat biasa tanpa ada sesuatu yang beda, sampai aku melihat sosok DIA di samping lapangan. Terselip Tanya dalam hati, “siapa dia?” tapi apa daya, aku Cuma seorang siswa biasa yang pemalu, jangankan untuk menyapa, menatapnya sudah membuat aku malu :$
Saat itu aku Cuma merasa penasaran tanpa ada rasa yang lebih, hanya ingin mengenalnya saja. Lagipula aku memang sudah memiliki pacar waktu itu. Sampai akhirnya satu tahun berlalu dan rasa ingin tahu itu menghilang.
Mungkin aku dan dia sudah ditakdirkan bertemu, tanpa ada niat kami dipertemukan pada suatu kesempatan, mulai saling mengenal, bertukar nomor handphone sampai akhirnya kami bertemu dan memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Banyak hal yang kami lalui, senang, sedih, susah, karena semuanya dimulai dari awal. Kami sama-sama baru lulus, belum memliki pekerjaan, dan dia pun waktu itu melanjutkan kuliah beasiswanya. Satu bulan berlalu begitu saja, dengan intensitas bertemu yang sangat jarang, kami memiliki kesibukan yang lebih harus diprioritaskan. Sejujurnya sebagai pasangan baru tentu aku lebih ingin mendapat perhatian lebih, khusus, special, tapi dia tetap sibuk dengan kegiatannya.
Aku marah, kecewa, sedih, tapi tidak satu katapun aku katakan padanya, sampai dia menyadari perubahan sikap aku yang menjadi acuh. Dia mulai memperbaiki semuanya saat itu, dan aku menikmati saat-saat itu, hingga sekarang. Banyak hal-hal yang dia lakukan untuk membuktikan keseriusannya, tapi tetap saja diwarnai putus-sambung seperti pada pasangan umumnya. Semakin hari berlalu, aku semakin yakin dia memang yang terbaik, walaupun kadang sikapnya yang tidak peka sering membuat aku jengkel. Tapi aku sudah terbiasa akan hal itu, dan aku mencoba memahami sikapnya yang satu itu.
Dan sampai saat ini, masih begitu. Aku sangat menyayanginya, dan berharap semuanya tak pernah akan berakhir.





No comments:

Post a Comment